Wednesday, March 18, 2020

Layanan sistem terbuka dan tertutup

A. Layanan Perpustakaan
Layanan perpustakaan merupakan salah satu unsur penting dalam penyelenggaraan suatu perpustakaan. “Layanan perpustakaan adalah menawarkan semua bentuk koleksi yang dimiliki perpustakaan kepada pemakai yang datang ke perpustakaan dan meminta informasi yang dibutuhkan”.
Melalui layanan perpustakaan pengguna dapat memperoleh hal-hal sebagai berikut:
  1.  Informasi yang dibutuhkan secara optimal.
  2. Manfaat berbgai perkakas penelusuan tersedia.
Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa melalui kegiatan pelayanan yang diselenggarakan, perpustakaan dapat membantu pengguna untuk memperoleh informasi sesuai dengan kebutuhannya. Perpustakaan memiliki berbagai macam pelayanan sesuai dengan kondisi atau kemampuan dan perkembangan perpustakaan.

B. Sitem Layanan Perpustakaan
Demi kelancaran pelaksanaan pelayanan, setiap perpustakaan harus melaksanakan sistem pelayanan. Secara umum sistem layanan perpustakaan ada dua macam, yaitu sistem layanan terbuka dan sistem layanan tertutup. Kedua sistem tersebut akan dibahas pada uraian berikut:

1. Sistem Layanan Terbuka
Sistem layanan terbuka merupakan salah satu dari sistem layanan perpustakaan. Sistem layanan terbuka adalah sistem yang “memberikan kebebasan kepada pengunjung untuk memasuki ruangan koleksi dan memilih sendiri koleksi yang dibutuhkannya”. Sedangkan sistem layanan terbuka adalah “suatu layanan yang memungkinkan pengguna untuk masuk ke ruang koleksi untuk memilih, mengambil sendiri koleksi yang sesuai”. Dari pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa sistem layanan terbuka adalah suatu sistem yang memberikan kebebasan kepada pengguna untuk mencari sendiri koleksi yang dibutuhkan.
Sistem layanan terbuka dalam pelaksanaannya memiliki beberapa keuntungan dan kerugian. Ada beberapa keuntungan yang diperoleh dengan menerapkan sistem layanan terbuka antara lain:
a. Keuntungan sistem layanan terbuka
  • Pemakai dapat melakukan pengembalian sendiri bahan pustaka yang di kehendaki dari jajaran koleksi. 
  • Pemakai dilatih untuk dapat dipercaya dan diberi tanggung jawab terhadap terpeliharanya koleksi yang dimiliki perpustakaan. 
  • Pemakai akan merasa lebih puas karena ada kemudahan dalam menemukan bahan pustaka dan alternatif lain jika yang dicari tidak ditemukan. 
  • Dalam sistem ini tenaga perpustakaan yang bertugas untuk mengambil bahan pustaka tidak diperlukan sehingga bisa diberi tanggung jawab di bagian lain.
Walaupun banyak keuntungan yang diperoleh dari sistem terbuka, namun ada kerugian akibat sistem terbuka antara lain:
b. Kerugian sistem layanan terbuka
  • Ada kemungkinan pengaturan buku di rak penempatan (jajaran) menjadi kacau karena mereka melakukan browsing. Buku yang sudah dicabut dari jajaran rak dikembalikan lagi oleh pemakai secara tidak tepat. 
  • Ada kemungkinan buku yang hilang relatif lebih besar bila dibandingkan dengan sistem yang bersifat tertutup. 
  • Memerlukan ruangan yang lebih luas untuk jajaran koleksi agar lalulintas atau mobilitas pemakai lebih leluasa. 
  • Membutuhkan keamanan yang lebih baik agar kebebasan untuk mengambil sendiri bahan pustaka dari jenjang koleksi tidak menimbulkan berbagai akses seperti peningkatan kehilangan atau perobekan bahan pustaka.
Berdasarkan uraian diatas dapat diseimpulkan bahwa sistem layanan terbuka merupakan sistem yang memberikan kebebasan kepada pengguna untuk mencari dan mengambil sendiri koleksi yang dikehendaki dari jajaran koleksi. Namun sistem layanan terbuka membutuhkan keamanan yang lebih baik karena kemungkinan buku hilang relatif lebih besar.

2. Sistem Layanan Tertutup
Selain sistem layanan terbuka juga terdapat sistem layanan tertutup yang diterapkan perpustakaan. Sistem layanan tertutup adalah sistem layanan yang tidak memperbolehkan pengunjung perpustakaan masuk ke ruang koleksi, tetapi pengunjung boleh memilih pustaka yang ingin di pinjam melalui katalog perpustakaan dan setelah ditemukan sandi bukunya, dapat diminta pada petugas untuk mengambilnya.
Sistem layanan tertutup adalah suatu layanan yang tidak memungkinkan pengguna untuk memilih dan mengambil sendiri akan koleksi perpustakaan. Koleksi yang ingin dipinjam dapat dipilih melalui daftar atau katalog yang tersedia koleksinya akan diambil oleh petugas. Dari pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa sistem layanan tertutup adalah sistem layanan yang tidak memberikan kebebasan kepada pengguna untuk mencari sendiri koleksi yang ada di perpustakaan. Koleksi yang ingin dipinjam harus dicari melalui katalog, kemudian pengguna mancatat data buku yang akan dipinjam dan diberikan kepada petugas layanan untuk diambil dari jajaran koleksi.
            Dalam pelaksanaannya sistem layanan tertutup memiliki beberapa keuntungan. Keuntungan sistem layanan tertutup adalah sebagai berikut:
a. Keuntungan sistem layanan tertutup
  • Letak buku di rak selalu terpelihara karena pengambilan buku dilakukan oleh petugas. 
  • Angka kehilanan bahan pustaka atau buku dapat ditekan dengan memasukkan slip buku yang dipinjam. 
  • Tidak memerlukan petugas khusus untuk mengawasi pengunjung perpustakaan.
Selain keuntungan diatas, sistem layanan tertutup juga memiliki kerugian yaitu :
b. Kerugian sistem layanan tertutup
  • Pengunjung tidak akrab dengan bahan pustaka. 
  • Tidak puas memilih koleksi karena hanya lewat kartu katalog. 
  • Kartu katalog lekas rusak karena sering digunakan, berarti menambah tugas untuk selalu memperbaiki kartu katalog. 
  • Banyak buku yang kurang dikenal oleh pengunjung sehingga tidak pernah dipinjam.
Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa sistem layanan tertutup merupakan sistem yang tidak memperbolehkan pengguna untuk mancari dan mengambil sendiri koleksi yang dibutuhkan dari jajaran koleksi, melainkan haris melalui petugas perpustakaan sehingga kerapian dan kehilangan buku lebih terjamin. 

3. Jenis layanan
Kegiatan perpustakaan tidak dapat dilaksanakan secara maksimal tanpa adanya layanan, karena layanan merupakan salah satu faktor yang menentukan keberhasilan suatu perpustakaan. Oleh karena itu perpustakaan harus berupaya untuk menyediakan berbagai layanan yang sesuai dengan kebutuhan pengguna. Jenis layanan tersebut akan dibahas satu persatu pada uraian berikut:
a.       Pelayanan Sirkulasi
Layanan sirkulasi adalah layanan kepada pemakai perpustakaan berupa peminjaman bahan pustaka yang dimiliki perpustakaan.
Dari definisi diatas dapat disimpulkan bahwa layanan sirkulasi merupakan kegiatan pelayanan peminjaman dan pengembalian bahan pustaka yang berhubungan langsung dengan pemakai perpustakaan. Adapun tugas-tugas yang harus dilaksanakan pelayanan sirkulasi yaitu sebagai berikut :
  • Mengawasi pintu masuk dan keluar perpustakaan 
  • Pendaftaran anggota, perpanjangan eanggotaan dan pengunduran diri anggota perpustakaan. 
  • Meminjamkan serta mengembalikan buku dan memperpanjang waktu peminjaman. 
  • Menarik denda buku yang terlambat dikembalikan. 
  • Mengeluarkan surat peringatan bagi buku yang terlambat dikembalikan pada waktunya. 
  • Tugas yang berkaitan denan peminjaman buku, khususnya buku hilang atau rusak. 
  • Bertanggung jawab atas segala berkas peminjaman. 
  • Membuat statistik peminjaman. 
  • Peminjaman antar perpustakaan. 
  • Mengawasi urusan penitipan tas, jas, mantel, dan sebagainya milik pengunjung perpustakaan. 
  • Tugas lainnya terutama yang berkaitan dengan peminjaman.
Dari pendapat di atas dapat dinyatakan bahwa pelayanan sirkulasi memiliki tugas seperti pendaftaran anggota, peminjaman, perpanjangan waktu peminjaman dan pengembalian buku, menarik denda bagi buku yang terlambat dikembalikan, membuat statistik peminjaman serta tugas layanan terutama yang berkaitan dengan peminjaman.
b.      Pelayanan Referensi
Salah satu pelayanan yang ada di perpustakaan adalah pelayanan referensi. Pelayanan ini merupakan suatu kegiatan yang membantu pengguna untuk menemukan informasi yang dibutuhkan. Pengertian layanan referensi adalah :
1) Salah satu kegiatan pokok yang dilakukan di perpustakaan yang khusus menyajikan koleksi referensi kepada para pemakai perpustakaan.
2) Suatu kegiatan layanan untuk membantu para pemakai atau pengunjung perpustakaan menenmukan informasi dengan cara :
  • Menerima pertanyaan dari para pemakai perpustakaan kemudian menjawab dengan menggunakan koleksi referensi. 
  • Memberikan bimbingan untuk menenmukan koleksi referensi yang diperlukan untuk menemukan informasi yang dibutuhkan oleh pemakai perpustakaan. 
  • Memberikan bimbingan kepada pemakai perpustakaan bagaimana menggunkan setiap bahan pustaka koleksi referensi.
Menurut Darmono layanan referensi adalah layanan yang diberikan oleh perpustakaan untuk koleksi khusus seperti kamus, ensiklopedi, almanak, direktori, buku tahunan yang beris informasi teknis dan singkat. Koleksi ini tidak boleh dibawa pulang oleh pengunjung perpustakaan tetapi hanya untuk dibaca ditempat.
c.       Pelayanan Audiovisual
Selain pelayanan sirkulasi dan referensi, pelayanan audiovisual juga dapat digunakan untuk membantu pengguna perpustakaan. Dalam perputakaan perguruan tinggi : Buku Pedoman Perpustakaan Perguruan Tinggi (PPT) dinyatakan bahwa, “pelayanan audiovisual adalah kegiatan meminjam bahan pustaka audiovisual kepada pengguna untuk ditayangkan dengan bantuan perlengkapan di dalam perpustakaan”. Sedangkan tujuan pelayanan audiovisual dalam perpustakaan perguruan tinggi dalam buku pedoman perpustakaan perguruan tinggi adalah :
  • Menyediakan media khusus untuk tujuan pendidikan, pengajaran, penelitian dan rekreasi. 
  • Memotivasi pengguna agar lebih banyak memanfaatkan fasilitas perpustakaan. 
  • Meningkatkan kualitas penyampaian informasi dan pesan pendidikan. 
  • Meningkatkan daya ingat pengguna melalui bahan pustaka audiovisual disamping bahan bacaan.
Adapun bahan atau pelengkapan layanan audiovisual yang dibedakan menjadi tiga kelompok, yaitu sebagai berikut :
  • Bahan perpustakan yang melalui perlengkapannya hanya menampilkan citra, misalnya slaid, beningan (transparancy), dan bahan perpustakaan renik. 
  • Bahan perpustakaan yang melalui perlengkapannya hanya mengeluarkan bunyi, misalnya kaset audio, piringan hitam, cakram optik. 
  • Bahan perpustakaan yang melalui perlengkapannya menampilkan citra disertai bunyi, misalnya kaser atau cakram video melalui mesin video, film suara melalui proyektor film.
Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa layanan audiovisual merupakan salah satu pelayanan yang dapat memberikan motivasi kepada pengguna untuk menggunakan layanan yang ada di perpustakaan. Layanan audiovisual juga terdiri dari berbagai macam bahan yang dapat dipakai pengguna perpustakaan sesuai dengan kebutuhannya.
d.      Pelayanan Terbitan Berseri
Salah satu jenis pelayanan yang dapat mendukung terselenggaranya kegiatan yang ada di perpustakaan adalah pelayanan terbitan berseri. Pelayanan terbitan berseri adalah kegiatan melayankan terbitan berseri kepada pengguna perpustakaan misalnya, jurnal, surat kabar, majalah dan terbitan lainnya yang mempunyai kala terbit tertentu. Pelayanan terbitan berseri selalu memberikan informasi yang mutakhir dalam setiap terbitannya. Terbitan ini juga merupakan sarana yang efektif dalam pengembangan ilmu pengetahuan. Terbitan berseri mempunyai peran sebagai berikut :
  • Memberi ruang untuk menampung ide, gagasan, pengalaman seseorang. 
  • Menjadi media untuk menyampaikan hasil-hasil penemuan terbaru dalam bidang tertentu. 
  • Sumber untuk memperluas wawasan seseorang. 
  • Sumber untuk mengetahui keahlian seseorang.
Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa terbitan berseri adalah salah satu jenis koleksi yang dibutuhkan di perpustakaan untuk memenuhi kebutuhan informasi pengguna perpustakaan. Dengan adanya elayanan terbitan berseri diharapkan pengguna perpustakaan tertarik untuk memanfaatkan koleksi tersebut.

e.       Pelayanan Bimbingan Pengguna
Pelayanan bimbingan pengguna merupakan salah satu pelayanan yang ada di perpustakaan dalam rangka menambah pengetahuan pengguna tentang perpustakaan. Bimbingan pengguna perpustakaan yaitu memberikan penjelasan penggunaan perpustakaan kepada sekelompok pengguna baru perpustakaan.
Pendidikan pemakai adalah usaha bimbingan atau petunjuk kepada pemakai tentang cara memanfaatkan koleksi bahan pustaka yang tersedia secara efektif dan efisien. Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa pendidikan pengguna dimaksudkan untuk dapat memanfaatkan layanan dan fasilitas yang tersedia di perpustakaan dan untuk membantu mencari bahan-bahan yang diperlukan oleh pengguna perpustakaan. Secara umum tujuan bimbingan penggunaadalah :
  1. Meningkatkan keterampilan pengguna agar memanfaatkan perpustakaan. 
  2. Membekali pengguna dengan teknik yang memadai dan sesuai untuk menemukan informasi subjek tertentu. 
  3. Meningkatkan pemanfaatan sumber dan pelayanan perpustakaan. 
  4. Menyiapkan pengguna agar dapat mengantisipasi perkembangan ilmu dan teknologi.
Dari pendaat diatas dapat diketahui bahwa tujuan diadakannya bimbingan pengguna di perpustakaan terutama untuk meningkatkan minat dan keterampilan pengguna perpustakaan untuk menemukan informasi yang sesuai dengan kebutuhan, sehingga pengguna dapat memanfaatkan perpustakaan secara maksimal.

Sumber:
Saleh. dkk. (1996).  Pengelolaan Terbitan Berseri. Jakarta: Universitas Terbuka 
Darmono. (2001).  Manajemen dan Tata Kerja Perpustakaan Sekolah. Jakarta : PT. Gramedia Widiasarana Indonesia 
Sulistiyo Basuki. (1993). Pengantar Ilmu Perpustakaan. Jakarta: Universitas Terbuka 
Soeasiminah. (1992). Perpustakaan Kepustakaan dan Pustakawan. Yogyakarta :Gama Media  
H. S. Lasa. (2005).  Manajemen Perpustakaan. Yogyakarta : Gama Media


Monday, September 30, 2019

POHON ILMU PENGETAHUAN


POHON ILMU PENGETAHUAN

Pohon ilmu pengetahuan menggambarkan bagaimana ilmu pengetahuan muncul dan membentuk cabang-cabang baru dari satu akar. Senada dengan pendapat Einstein bahwa “semua agama, seni dan ilmu pengetahuan adalah cabang dari satu pohon yang sama”. Ilmu yang paling tua dan mempunyai objek yang luas dan umum adalah filsafat. Oleh karena itu, filsafat disebut sebagai “induk” atau “ibu” dari ilmu pengetahuan (mater of scientiarium). Menurut Wibisono (1999), filsafat itu sendiri telah mengantarkan adanya suatu konfigurasi dengan menunjukkan bagaimana “pohon ilmu pengetahuan” telah tumbuh mekar bercabang secara subur. Masing-masing cabang melepaskan diri dari batang filsafatnya, berkembang mandiri dan masing-masing mengikuti metodologinya sendiri-sendiri.
Dengan demikian, perkembangan ilmu pengetahuan semakin lama semakin maju dengan munculnya ilmu-ilmu baru yang pada akhirnya memunculkan pula sub-sub ilmu pengetahuan baru bahkan kearah ilmu pengetahuan yang lebih khusus lagi seperti spesialisasi-spesialisasi. Hal tersebut selaras dengan apa yang dikemukakan oleh Peursen (1985), bahwa ilmu pengetahuan dapat dilihat sebagai suatu sistem yang jalin-menjalin dan taat asas (konsisten) dari ungkapan-ungkapan yang sifat benar-tidaknya dapat ditentukan. lihat gambar dibawah ini:



Dari pohon ilmu diatas, dapat kita jelaskan bahwa:
1.      Cabang A terdiri dari ilmu sejarah, pengetahuan hukum, antropologi budaya, kesusastraan, dan teologi
2.      Cabang B terdiri dari ilmu kedokteran, ekologi, kimia, mekanika fisika, astronomi, dan biologi.
3.      Cabang C terdiri dari ilmu psikologi, politik, demografi, ekonomi, antropologi sosial, komunikasi, sosiologi, dan sosiologi hukum.



Menurut Chen dalam Ristiyono (2008: 21) bahwa “peta ilmu pengetahuan menggambarkan suatu hubungan ruang antara batas penelitian dalam bidang kegiatan yang signifikan, juga dimana bidang penelitian itu didistribusikan serta dapat memberikan makna dari hubungan tersebut”. Peta ilmu pengetahuan dapat menggambarkan dan memberikan makna dari hubungan ruang antara batas penelitian yang bidang kegiatannya signifikan dan bidang kegiatan tersebut dapat didistribusikan. Peta ilmu pengetahuan tidak hanya merupakan suatu alat yang praktis untuk menyampaikan informasi mengenai aktivitas ilmiah, tetapi juga dapat dijadikan sebagai suatu dasar untuk mengkaji atau memahami aktivitas ilmiah dengan menggambarkannya secara tersusun dan terstruktur. Visualisasi ilmu pengetahuan dapat diwujudkan dalam bentuk peta, sehingga muncullah bidang pemetaan ilmu pengetahuan atau knowledge mapping.
Pemetaan ilmu pengetahuan dapat dilakukan berdasarkan beberapa cara yang terkait erat dengan subjek dokumen. Menurut Sulistyo-Basuki (2002:1) bahwa “pemetaan pengetahuan dapat dilakukan dengan bentuk pemetaan kronologis, pemetaan berbasis co-word, pemetaan kognitif dan pemetaan”. Dari pendapat Sulistyo-Basuki tersebut dapat diketahui pemetaan pengetahuan terdiri dari 4 (empat) bentuk yakni kronologis, berbasis co-word, kognitif dan konseptual.
Ilmu pengetahuan terbagi kedalam empat(4) kelompok yaitu:
1.      Ilmu pengetahuan sosial yang terdiri dari sosiologi, geografi, sejarah, ekonomi, dan hukum.
2.      Ilmu pengetahuan alam terdiri dari biologi, fisika, kimia, dan matematika.
3.      Ilmu pengetahuan humaniora terdiri dari psikologi, agama, filsafat, sastra, linguistik, dan antropologi.
4.      Ilmu terapan terdiri dari komputer, statistika, dan teknik.




Tuesday, September 24, 2019

Meta Data

A.Pengertian Meta Data
          Metadata adalah informasi terstruktur yang mendeskripsikan, menjelaskan, menemukan, atau setidaknya membuat menjadikan suatu informasi mudah untuk ditemukan kembali, digunakan, atau dikelola.Metadata sering disebut sebagai data tentang data atau informasi tentang informasi.Metadata ini mengandung informasi mengenai isi dari suatu data yang dipakai untuk keperluan manajemen file/data itu nantinya dalam suatu basis data. Jika data tersebut dalam bentuk teks, metadatanya biasanya berupa keterangan mengenai nama ruas (field), panjang field, dan tipe fieldnya: integer, character, date, dll. Untuk jenis data gambar (image), metadata mengandung informasi mengenai siapa pemotretnya, kapan pemotretannya, dan setting kamera pada saat dilakukan pemotretan. Satu lagi untuk jenis data berupakumpulan file, metadatanya adalah nama-nama file, tipe file, dan nama pengelola (administrator) dari file-file tersebut.
Definisi diatas menunjukkan bahwa metadata adalah data yang (1) terstruktur, (2) ditandai dengan kode agar dapat diproses oleh komputer, (3) mendeskripsikan ciri-ciri satuan-satuan pembawa informasi, dan (4) membantu identifikasi, penemuan, penelitian, dan pengelolaan satuan pembawa informasi tersebut. Definisi ini tidak membatasi metadata pada data tentang yang diciptakan dan harus diproses dengan bantuan komputer, atau pada data yang mendeskripsikan sumber-sumber digital saja, seperti beberapa definisi lain.

Metadata pada prinsipnya memiliki fungsi yang hampir sama dengan katalog di perpustakaan yakni :
a.      Merupakan perwakilan atau reperesentasi dari sebuah dokumen atau sumber informasi.
b.   Fasilitator agar sumber informasi mudah di temukan dengan menggunakan kriteria yang     relevan.
c.     Mengidentifikasi sumber.
d.     Mengelompokkan sumber yang memiliki kemiripan.
e.      Membedakan sumber yang tidak memiliki kemiripan.
f.       Memberikan informasi tentang lokasi sumber.
        Metadata sebenarnya digunakan untuk menyimpan data dan mempermudah dalam penyimpanan dan pencarian data. Sebenarnya metadata sudah di gunakan semenjak dulu ketika perpustakaan masih non-digital, tetapi masih dengan menggunakan sistem yang sederhana dan kuno, sekarang dengan perkembangan zaman yang semakin maju dan teknologi sudah mulai berkembang metadata yang digunakan sudah berkembang juga seperti contoh metadata dengan menggunakan digital di perpustakaan di terapkan dalam MARC dan AACR.

Secara garis besar metadata dapat dikelompokkan menjadi 3 jenis:
1. Metadata deskriptif
Data yang dapat mengidentifikasi sumber informasi sehingga dapat digunakan untuk memperlancar proses penemuan dan seleksi. Cakupan yang ada pada data ini adalah pengarang, judul, tahun terbit, tajuk subjek atau kata kunci dan informasi lain yang proses pengisian datanya sama dengan katalog tradisional.
2. Metadata administratif
Data yang tidak hanya dapat mengidentifikasi sumber informasi tapi juga cara pengelolaanya. Cakupan dari data ini adalah sama dengan data deskriptif hanya saja ditambah dengan pembuat data, waktu pembuatan, tipe file, data teknis lain. Selain itu data ini juga mengandung informasi tentang hak akses, hak kekayaan intelektual, penyimpanan dan pelestarian sumber informasi.
3. Metadata Struktural
Data yang dapat membuat antara data yang berkaitan dapat saling berhubungan satu sama lain. Secara lebih jelas, Metadata ini digunakan untuk mengetahui hubungan antara berkas fisik dan halaman, halaman dan bab dan bab dengan buku sebagai produk akhir.Inilah kemudian memungkinkan perangkat lunak menampilkan daftar isi buku lalu langsung memunculkan bab yang dipilih (dengan click) oleh pengguna, atau bernavigasi ke bagian (halaman) lain dari “buku”. Contoh lain: Obyek multimedia yang terdiri atas komponen audio dan teks perlu sinkronasasi, dan untuk ini harus ada metadata struktural.

Ketika sumber-sumber informasi (information resources) yang tersimpan di perpustakaan dan lembaga serupa tidak lagi terbatas pada monograf, terbitan berseri, bahan audio-visual, dan format lain yang masih analog, “pra-komputer” atau “nir-komputer”, sistem-sistem dan praktek-praktek pengatalogan yang asal mulanya didesain dan dikembangkan untuk pengatalogan buku, harus disesuaikan dengan drastic. Semua ini adalah realitas baru.Era internet menghadirkan arena baru yang penuh tantangan untuk para profesional informasi.Metadata dibuat berdasarkan suatu skema metadata, yaitu sekelompok unsur metadata beserta peraturan untuk menggunakannya, yang dirancang utnuk suatu tujuan spesifik, misalnya untuk lingkungan tertentu atau untuk deskripsi sejenis sumber informasi tertentu.

Koleksi digital dan koleksi fisik tentunya berbeda, untuk itu diperlukan metadata sebagai pengganti katalog tradisional.alasannya adalah:
a. Koleksi digital merupakan sumber yang intangible yang artinya tidak dapat disentuh seperti koleksi fisik yang tangible sehingga secara tidak langsung ini akan mempengaruhi metode pengumpulan data, pengelolaan dan temu kembali.
b. Koleksi digital merupakan sumber informasi dinamis yang berbeda dengan koleksi fisik yang statis.
c. Koleksi digital berbeda dalam hal kepemilikan, bila koleksi fisik kepemilikannya adalah perpustakaan sedangkan koleksi digital bisa saja yang memiliki adalah penyedia sumber informasi dari tempat lain. jadi perpustakaan hanya menyediakan akses ke sumber informasi digital tetapi yang memiliki sumber informasi tersebut adalah instansi atau lembaga lain.

2.2 Skema Metadata Terdiri Dari 3 Komponen Yaitu:

a.Semantic
Dalam kaitannya dengan metadata, semantik dapat diartikan sebagai makna kata. Lebih jelasnya adalah kesepakatan untuk membuat istilah yang digunakan untuk mewakili suatu makna.Selain itu, terkadang juga diberi keterangaan tentang status pada istilah tersebut.

b.Content
Dalam hal ini, konten bisa diartikan sebagai cara mengisi semantic. content tersebut bisa berupa peraturan untuk kriteria pengisian unsur skema atau peraturan untuk nilai-nilai unsur.

c.Sintaksis
Sintaksis dalam skema metadata dapat berarti sebagai machine readible (dapat dibaca mesin) atau dengan kata lain bahasa pemrogaman. Sehingga semantic dan content yang telah dibuat dapat dibaca oleh mesin.

2.3 Macam–macam Metadata dalam pengkatalog-an

1. Machine Readable Cataloging (MARC) merupakan salah satu hasil dan juga sekaligus salah satu syarat penulisan katalog koleksi bahan pustaka perpustakaan. Standar metadata katalog perpustakaan ini dikembangkan pertama kali oleh Library of Congress, format LC MARC ternyata sangat besar manfaatnya bagi penyebaran data katalogisasi bahan pustaka ke berbagai perpustakaan di Amerika Serikat. Keberhasilan ini membuat negara lain turut mengembangkan format MARC sejenis bagi kepentingan nasionalnya masing-masing.

2. Metadata indoMARC ini sudah lama dipakai di kalangan perpustakaan sebagai standar katalogisasi. Di Indonesia MARCH diadopsi menjadi INDOMARCH agar memudahkan identifikasi proses katalogisasi yang sesuai dengan kaidah dan kesepakatan para pustakawan di Indonesia. Format INDOMARC merupakan implementasi dari International Standard Organization (ISO) Format ISO 2719 untuk Indonesia, sebuah format untuk tukar-menukar informasi bibliografi melalui format digital atau media yang terbacakan mesin (machine-readable) lainnya.

3. Dublin Core merupakan salah satu metadata yang digunakan untuk web resource description and discovery. Dublin Core dihadirkan karena ada beberapa pihak yang merasa kurang sesuai untuk menggunakan bentuk MARC sehingga diadakan suatu kesepakatan menyusun sebuah metadata baru yang lebih mudah dan fleksibel serta mempunyai kemampuan untuk dikembangkan dibanding MARC.

2.4 Contoh Metadata
a)   CDWA (Categories for Descriptions of Works of Art), skema untuk deskripsi karya seni.
b)   DCMES (Dublin Core Metadata Element Set), skema umum untuk deskripsi berbagai macam sumber digital.
c)   EAD (Encoded Archival Description), skema untuk menciptakan sarana temu kembali pada bahan kearsipan (archival finding aids) dalam bentuk elektronik.
d)   GEM (Gateway to Educational Materials),  skema untuk bahan pendidikan dan pengajaran.
e)   MARC (Machine Readable Cataloguing), skema yang digunakan di perpustakaan sejak tahun 1960-an untuk membuat standar cantuman bibliografi elektronik.
f)   METS (Metadata Encoding and Transmission Standard), skema metadata untuk obyek digital yang kompleks dalam koleksi perpustakaan
g)   MODS (Metadata Object Description Standard),  skema untuk deskripsi rinci sumber-sumber elektronik
h) MPEG (Moving Pictures Experts Group) MPEG-7 dan MPEG-21, skema untuk rekaman audio dan video dalam bentuk digital.
i) ONIX (Online Information Exchange), skema untuk data bibliografi pada penerbit dan pedagang buku.
j) TEI (Text Encoding Initiative): skema untuk encoding teks dalam bentuk elektronik menggunakan SGML dan XML, khususnya untuk peneliti teks di bidang humaniora.
k) VRA (Visual Resources Association ) Core, skema untuk deskripsi karya visual dan representasinya.


2.5 Keuntungan Membangun Metadata:
a. Metadata membantu mengorganisasi mengelola data.

b. Menghindari adanya duplikasi karena data yang sudah dibuat tercatat dengan baik dan diketahui.

c. Pengguna dapat mengetahui lokasi penyimpanan data spatial dan cakupan areal yang dipetakan.

d. Koleksi metadata dibuat berdasarkan dan diperkuat oleh prosedur data management oleh komunitas geospatial.

e. Metadata mempromosikan ketersediaan data spatial pada komunitas geospatial.

f. Penyedia data dapat mempromosikan ketersediaan data dan memungkinkan kerjasama dengan pihak lain untuk update dll. 

Sunday, December 30, 2018

DASAR-DASAR ORGANISASI DAN INFORMASI KELOMPOK 10

EVALUASI KINERJA SISTEM SIMPAN DAN TEMU KEMBALI INFORMASI (STKI)

Pengertian Sistem Temu Kembali Informasi
Sistem temu kembali informasi berasal dari kata Information Retrieval System (IRS). Temu kembali informasi adalah sebuah media layanan bagi pengguna untuk memperoleh informasi atau sumber informasi yang dibutuhkan oleh pengguna. Sistem temu kembali informasi merupakan sistem informasi yang berfungsi untuk menemukan informasi yang relevan dengan kebutuhan pemakai.
Pengertian sistem temu kembali informasi menurut Sulistyo-Basuki (1992: 132) sistem temu kembali informasi adalah kegiatan yang bertujuan untuk menyediakan dan memasok informasi bagi pemakai sebagai jawaban atas permintaan atau berdasarkan kebutuhan pemakai.

Tujuan dan Fungsi System Simpan dan Temu Kembali Inform
Tujuan
Tujuan utama sistem temu kembali informasi adalah untuk menemukan dokumen yang sesuai dengan kebutuhan informasi pengguna secara efektif dan efisien, sehingga dapat memberikan kepuasan baginya, dan sasaran akhir dari sistem temu kembali informasi adalah kepuasan pemakai.
Sistem temu kembali informasi bertujuan untuk mempertemukan ide yang dikemukakan oleh penulis dalam dokumen dengan kebutuhan informasi pengguna yang dinyatakan dalam bentuk pertanyaan (query).

Beberapa fungsi sistem temu balik informasi seperti yang dikemukakan Chowdhury (1999:3) bahwa ada tujuh fungsi sistem temu balik informasi antara lain:
1. untuk mengidentifikasi informasi (sumber informasi) yang relevan dengan bidang-bidang yang sesuai dengan minat dan tujuan komunitas pemakai
2. untuk menganalisis isi dari sumber informasi (dokumen)
3. untuk mempresentasikan isi dan sumber informasi yang telah dianalisis dengan cara yang sesuai untuk kemudian menyesuaikannya dengan permintaan pemakai
4. untuk menganalisis permintaan-permintaan pemakai dan mempresentasikannya kedalam bentuk yang disesuaikan, untuk disesuaikan dengan database
5. untuk menyesuaikan pernyataan penelusuran dengan database
6. untuk menemukan informasi yang relevan
7. untuk membuat penyesuaian kebutuhan pada dasar sistem arus balik dari pemakai

Konsep Dasar Sistem Temu Kembali Informasi
A. System temu kembali informasi (information retrieval systems – IRS)
Merupakan system yang berfungsi untuk menemukan informasi yang relevan dengan kebutuhan pemakai. Salah satu hal yang perlu diingt adalah bahwa informasi yang diproses terkandung dalam sebuah dokumen yang bersifat tekstual.

B. System manajemen basis data (database management systems –DBMS)
Merupakan system yang didesain untuk memanipulasi dan mengurus basis data. Data yang tersimpan dalam basis data dinyatakan dalam bentuk unsur-unsur data yang spesifik dan tersimpan dalam table-tabel.

C. System informasi manajemen (management information systems –MIS)
Adalah system yang didesain untuk kebutuhan manajemen untuk mendukung fungsi-fungsi dan aktivitas manajemen pada suatu organisasi. Data dan fungsi-fungsi operasi disesuaikan dengan kebutuhan manajemen.

D. System pendukung keputusan (decision support system – DSS)
Menggambarkan operasi-operasi spesifik dalam satuan-satuan informasi yang homogen.

E. System kecerdasan buatan (artificial intelligent systems)
Memberikan perbandingan antara sistemtemu kembali informasi, system manajemen basis data dan artificial intelligent seperti yang dikemukakan oleh Farkes dan Baeza-Yates (1992).

Komponen System Temu Kembali Informasi
User
Query
Dokumen
Index
Machine Function

Prinsip System Temu Kembali pada Perpustakaan
1. Pemilihan dokumen
2. Analisis konsep dokumen
3. Pengorganisasian sbg wakil dokumen
4. Penyimpanan dokumen
5. Analisis konsep berdasarkan pertanyaan
6. Penyesuaian dokumen berdasarkan pertanyaan
7. Penyerahan dokumen

D. Cara Kerja Information Retrieval
Model sistem temu kembali informasi menentukan detail sistem temu kembali. Informasi yaitu meliputi representasi dokumen maupun query, fungsi pencarian (retrieval function) dan notasi kesesuaian (relevance notation) dokumen terhadap query. Salah satu model sistem temu kembali informasi yang paling awal digunakan adalah model boolean.

Model boolean mempresentasikan dokumen sebagai sutau himpunan kata kunci ( set of keywords). Sedangkan query dipresentasikan sebagai ekspresi boolean. Query dalam ekspresi boolean merupakan kumpulan kata kunci yang saling dihubungkan melalui operator boolean seperti AND, OR, dan NOTserta menggunakan tanda kurung untuk menentukan scope operator. Hasil pencarian dokumen dari model boolean adalah himpunan dokumen yang relevan.

1. Text Operations (operasi terhadap teks) yang meliputi pemilihan kata-kata dalam query maupun dokumen dalam pentrasformasian dokumen atau query menjadi term index (indeks dari kata-kata).
2. Query formulation (formulasi terhadap query) yang memberi bobot pada indeks kata-kata query.
3. Ranking, mencari dokumen-dokumen yang relevan terhadap query dan mengurutkan
4. dokumen tersebut berdasarkan kesesuiannya dengan query.
5. Indexing, membangun data indeks dari koneksi dokumen.

Cara kerja information retrieval pada media penyimpanan data internet dicontohkan oleh Aplikasi mesin pencari Google .
Adapun beberapa kemungkinan cara kerja information retrieval yang mungkin akan terjadi pada masa depan yaitu:
1. Kemungkinan, adanya proses pencarian menggunakan suara menggantikan ketikan tangan (saat ini)
2. Kemungkinan, fitur tambahan pada google maps yaitu Video live streaming: User dapat melihat peristiwa di maps secara langsung apa yang dilihat saat ini.
3. Kemungkinan, apabila wajah kita dipotret wajah kita secara langsung pada mesin pencari, mesinpencari langsung dapat mengidentifikasi dan menampilkan hasil pencarian data kita yang terdapat didunia maya.
4. Kemungkinan, menampilkan dari riwayat hidup seseorang selama mengakses internet.

Cara kerja Information Retrieval masa depan, saat ini pun sudah diperkenalkan oleh google berupa teknologi alat pencari Google Glasses.


DASAR-DASAR ORGANISASI DAN INFORMASI KELOMPOK 9

PENGKATALOGISASI

Pengertian
Katalog merupakan himpunan rujukan atau berkas yang teratur untuk mencatat pustaka atau koleksi. Katalog bisa disusun berdasarkan alfabetis nama pengarang, judul, nama penerbit, dll. Katalog adalah presentasi ciri-ciri dari sebuah bahan pustaka atau dokumen (misalnya: judul, pengarang, deskripsi fisik, subyek, dll.) kolelsi perpustakaan yang merupakan wakil ringkas bahan pustaka tesebut yang disusun seacara sistematis.
katalogisasi (cataloging) adalah pengambilan keputusan yang menuntut kemampuan menginterpretasikan dan menerapkan berbagai standar sehingga hal-hal penting dari bahan pustaka terekam menjadi katalog, daftar cantuman bibliografis dari materi perpustakaan yang disususn menurut cara tertentu yang ada disebuah perpustakaan.

Fungsi dan Tujuan Katalogisasi
1. Fungsi katalogisasi
a. Mencatat bahan pustaka yang ada di perpustakaan untuk memudahkan pengguna
b. Mencari atau menelusur pustaka
c. Mempermudah pencarian buku dalam perpustakaan berdasarkan pengarang, judul dan subjek.

2. Tujuan katalogisasi
a. Memungkinkan seseorang menemukan sebuah buku yang diketahui berdasarkan
   1) Pengarangnya
   2) Judulnya, atau
   3) Subjeknya
b. Menunjukan buku yang dimiliki perpustakaan.
   1) Oleh pengarang tertentu
   2) Berdasarkan subjek tertentu
   3) Dalam jenis literature tertentu
c. Membantu dalam pemilihan buku
   1) Berdasarkan edisinya
   2) Berdasarkan karakter (sastra atau topic)

Jenis-Jenis dan Bentuk Katalog
1. Jenis-jenis katalog
    A. Katalog abjad
        1) Katalog pengarang
Katalog pengarang merupakan katalog paling tua serta jenis paling penting dalam dunia kepustakawanan.

        2) Katalog judul
Merupakan entri judul yang disusun menurut abjad. Digunakan jika buku yang akan kita cari hanya diketahui judul bukunya. Atau ingin mengetahui judul buku tertentu yang sama telah dikarang oleh pengarang mana  saja.

       3) Katalog subjek
merupakan entri subjek disusun menurut abjad. Jajaran ini memungkinkan pemakai mengakses katalog menurut subjek.

       4) Katalog leksikal
Merupakan katalog yang mencakup semua entri alam satu jajaran.

       5) Katalog kelas
Merupakan katalog dengan entri subjek disusun menurut bagan sebuah klasifikasi

2. Bentuk katalog
    A. Katalog manual
Merupakan jenis katalog tradisional yang menggunakan lembar lepas atau kartu atau berbentuk buku.

    B. Katalog semi mekanis
Dibuat pada kartu khusus dan memerlukan gawai untuk merekam data. Bentuk lain ialah kartu tebuk (punched cards).

    C. Katalog berkomputer
Dapat merekam data bibliografis dalam media terbacakan komputer (kartu tebuk, pita magnetis, cakram magnetis) disusn seperti berkas bibliografis. Untuk memeriksanya, pemakai harus menggunakan komputer.

    D. katalog Buku (Printed Catalogue)

Tahapan Membuat Kartu Katalog
1. Kartu katalog
2. Temporary slip (T-slip)

Cara pembuatan katalog
a. Nomor klasifikasi
b. Pengarang / tajuk entri utama
c. Judul buku
d. Nama pengarang lengkap
e. Imprint
f. Kolasi

Layanan sistem terbuka dan tertutup

A. Layanan Perpustakaan Layanan perpustakaan merupakan salah satu unsur penting dalam penyelenggaraan suatu perpustakaan. “Layanan perpust...